Tidak seperti film romansa lain yang saya harapkan
Film ini memiliki semua nilai plus di produksinya kecuali cerita, sungguh sebuah kekejaman untuk menyakiti orang lain hanya karena kamu ingin melihat orang yang kamu sayangi bahagia.Film ini bercerita tentang 2 orang yang sangat malang bertemu dan kemudian bersatu, mengisi satu sama lain, tinggal bersama, dan sadar bahwa keduanya mempunyai rasa memiliki satu sama lain, hingga tokoh cowok terdiagnosis sakit parah, mengetahui hal tersebut, tokoh cowok ingin sang wanita bahagia dengan mencintai orang lain sebelum ia pergi sehingga ia tidak akan sangat sedih, mendengar harapan tersebut tokoh cewek mewujudkannya, ia kemudian menaruh perhatian pada salah satu dokter, sang cowo mengetahuinya dan mereka berdua merusak hubungan tunangan si dokter yang akhirnya menaruh hati pada tokoh cewek lalu menikah, di hari kematian karakter cowok, tokoh cewek menjelaskan semua kepada second lead male bahwa cintanya selama ini Palsu, ia menyusul karakter cowok dengan bunuh diri.
WHAT A JERK STORY !!! Saat mengetahui motivasi keduanya saya sangat kecewa dengan ide dari film ini. Saya tidak merasa blue (Sedih) menonton film ini seperti yang diharapkan oleh Judulnya. Saya merasa marah.
Was this review helpful to you?
An Instant Classic
Pada tahun 1987 saat kebijakan darurat militer dihapus di Taiwan, 2 Remaja SMA, Chang Jia-han (A-han) dan Wang Bo-Te (Birdy) merasakan jatuh cinta ditengah stigma sosial.
Film ini unggul hampir disemua aspek, pengarahan dan sinematografi yang indah, plot dan dialog yang indah, akting dari kedua tokoh utama yang membuat kita yakin mereka benar benar jatuh cinta, scoring dan soundtrack yang indah membuat film ini Paket lengkap.
Walaupun berfokus pada Suka Duka Cinta Terlarang dua remaja, namun yang ditampilkan dalam film ini adalah sisi emosi yang mampu dialihmediakan oleh Edward Cheng dimana film ini kebanyakan mengambil sudut pandangnya, beberapa scene terbaik menurut saya :
1. Percakapan A-Han dan Padri Olivier
2. Mandi
3. Percakapan di Pantai
4. Telepon
5. Jalan-Jalan Tengah Malam di Quebec
Beberapa adegan yang seharusnya sensual malah tampil sebagai adegan terbaik yang menguras emosi. Penggunaan teknik close up pada Dialog A-Han dan Padri Olivier dan penggunaan tone kuning sangat juara membuat kita fokus pada A-Han dalam berbagi keresahan hatinya, dialog nya pun sangat-sangat alami. Penggunaan terompet dalam mengisi scoring juga bermakna, karena tokoh A-Han memegang instrumen terompet di Marching Band Sekolah.
Selain Edward Cheng, Tseng Ching Hua juga mampu mengimbangi kemampuan akting Cheng sebagai Tokoh Birdy yang slengean, Jejeran pemeran pendukung pun Tampil Apik utamanya Fabio Grangeon dan Leon Dai sebagai A-Han Dewasa.
Akhir kata, film ini menghadirkan kisah cinta terlarang dua remaja dan pendewasaan diri dengan indah dan merobek hati, interaksi kedua pemeran utama membuat kita dengan mudah menaruh hati dan berharap mereka berakhir bahagia.
Was this review helpful to you?